Siapa sih, yang nggak kagum kalau ada orang yang putus sekolah tapi bisa sukses sampai mengalahkan orang-orang yang sekolah?
Namun, kekaguman tersebut kadang justru membuat publik menjadikan orang sukses yang putus sekolah sebagai contoh yang bisa ditiru siapa saja. Bahkan nggak jarang Mark, Bill dan Steve menjadi kiblat bagi anak muda yang putus sekolah dengan berharap bisa sukses seperti mereka. Padahal nggak semudah itu, kan? Pemahaman tentang hubungan positif yang kuat antara putus sekolah dan kesuksesan yang banyak diyakini publik dari contoh orang sukses dunia, justru menjadi sebuah kesalahan. Mengapa demikian? Yuk, coba kita pahami lebih dalam!
Kisah beberapa miliarder dunia yang bisa sukses meski putus sekolah menjadi mitos yang sangat diyakini publik
Banyak orang yang ingin putus sekolah menjadikan kisah orang sukses sebagai gambaran jalan hidupnya. “Ah, Bill Gates juga putus sekolah, tapi bisa jadi miliarder,” anggapan semacam ini justru menjadi bumerang karena menganggap kesuksesan seseorang yang putus sekolah sebagai pembelaan diri, padahal hanya mitos belaka. Melansir dari Entrepreneur, orang sukses yang putus sekolah memiliki faktor keberhasilan lain yang lebih besar selain keputusan meninggalkan bangku sekolah. Namun, publik justru menganggap putus sekolah sebagai hal yang lebih diperhatikan, sebab pencapaian Mark, Bill dan Steve memang sangat luar biasa dibanding orang-orang pada umumnya.
Mengapa kisah orang sukses yang putus sekolah justru menjadi mitos? Padahal Mark, Bill dan Steve menjadi bukti kalau orang yang putus sekolah bisa sukses, bukankah itu fakta?
Kesalahan berpikir bahwa mengejar bisnis lebih baik daripada meneruskan pendidikan justru bisa menyesatkan anak muda dalam mengambil keputusan
Saat menjalani perkuliahan, apakah kamu pernah merasakan memiliki ide bagus untuk berbisnis? Sebab, banyak anak muda yang melihat kesempatan berbisnis saat kuliah. Kemudian banyak yang berharap bisa merintisnya sedini mungkin atau bahkan ingin berhenti kuliah dan fokus mengejarnya seperti yang di lakukan Mark dan Bill. Hal tersebut sepertinya jadi fenomena di kalangan anak muda masa kini.
Sebuah survei yang dilakukan College Atlas mengungkap bahwa, 70 persen siswa Amerika yang lulus sekolah menengah atas masuk perguruan tinggi. Namun, 30 persen di antaranya putus sekolah di tahun pertama dengan alasan bisnis mereka. Begitu pula di tahun kedua hingga kelulusan, total mahasiswa yang putus sekolah terus bertambah. Sayangnya, pencapaian kesuksesan bisnis nggak sebanding dengan angka putus sekolah yang tinggi. Mengapa hal tersebut bisa terjadi?
Anak muda yang berbisnis dan memilih putus sekolah memiliki pemahaman bahwa putus sekolah memiliki hubungan positif dengan tingkat kesuksesan yang tinggi. Ternyata itu hanya menandakan bahwa kemampuan pengambilan risiko mereka cukup buruk karena nggak bisa menghadapi tanggung jawab sebagai mahasiswa dan pebisnis. Padahal kemampuan pengambilan risiko, pemecahan masalah dan keterampilan lain yang dilatih saat kuliah sangat dibutuhkan oleh pebisnis.
Jika ada yang berpikir putus sekolah di perkuliahan bukan untuk mengejar kesuksesan yang besar seperti Mark, Bill dan Steve, ketahuilah jika sekolah bisa membuka banyak kesempatan lain di depan sana, daripada hanya kesempatan yang terlihat saat ini.
Faktanya orang sukses yang putus sekolah sangat sedikit dibanding dengan yang meneruskan pendidikan hingga perguruan tinggi
Ketika melihat pencapaian orang sukses yang putus sekolah, publik menganggap bahwa banyak kesempatan yang bisa diambil ketika mengikuti jejak mereka. Pada kenyataannya, miliarder yang putus sekolah sangat sedikit dari yang publik bayangkan. Berdasarkan data Forbes 400 atau 400 orang terkaya di dunia, ternyata 362 di antaranya tercatatat pernah belajar di perguruan tinggi dan hanya 44 saja yang putus sekolah. Dengan kata lain, hanya ada 12,2 persen saja yang bisa sukses besar.
Sementara itu, sebuah survei mengungkap bahwa penghasilan seumur hidup pekerja yang meraih gelar sarjana 630-900 ribu dolar lebih tinggi daripada pekerja yang putus sekolah. Data lain yang dimuat oleh Weforum pun demikian, 94 persen dari 11.745 orang terkaya dan memiliki pengaruh besar di dunia adalah lulusan perguruan tinggi, bahkan 25 persen di antaranya lulusan perguruan tinggi bergengsi. Fakta ini turut mengungkap bahwa pemahaman publik yang terinsipirasi dari orang sukses yang putus sekolah dianggap suatu mitos alias kesalahan.
Memahami faktor kesuksesan bukan dari ‘putus sekolah’, melainkan kemampuan lain yang menjadi faktor penentu yang lebih besar
Kuliah atau sekolah memang bukan penentu kesuksesan, buktinya Mark, Bill dan Steve sudah membuktikannya. Tapi, jika sekolah saja nggak menjamin sukses bagaimana yang nggak sekolah?
Melihat kesuksesan miliarder dunia yang memiliki kesuksesan besar atau pun orang-orang sukses lainya yang punya latar belakang putus sekolah, ternyata nggak bisa dijadikan patokan bahwa setiap kita pun bisa sukses seperti mereka. Publik menilai salah satu faktor kesuksesan miliarder adalah putus sekolah karena mereka jadi bisa fokus merintis bisnis. Padahal kalau kita lihat latar belakang Bill Gates, dia memiliki faktor kesuksesan lain yang lebih besar daripada putus sekolah.
Bill sudah belajar memprogram komputer sejak usia 13 tahun di mana ia sudah bisa menulis program pertamanya. Selama tahun 1960-an Bill menghabiskan waktu untuk belajar pemrograman, padahal saat itu masyarakat umum belum menyadari tekonolgi komputasi. Ayahnya seorang mitra di firma hukum dan ibunya dewan direksi untuk First Interstate BancSystem dan United Way, mereka mendukung Bill untuk melakukan banyak percobaan. Semua faktor ini pasti membuatnya memiliki keunggulan di bidang yang ia geluti. Terlepas dari putus sekolah yang membuat publik semakin kagum padanya, Bill memang sudah unggul sebelum keputusan tersebut ia ambil.
Selain Bill ada Mark, Steve dan orang sukses lainnya yang dikagumi publik karena putus sekolah, tapi ternyata memiliki faktor pendukung kesuksesan lainnya. Sehingga, jika ada yang memutuskan berhenti kuliah karena terinspirasi dari mereka, mungkin bisa melakukan pertimbangan lain misalnya mengukur kemampuan yang dimiliki sebagai modal untuk ‘bertempur’ usai melepas kesempatan pendidikan. Jika nggak punya faktor X atau kemampuan di atas rata-rata seperti contoh orang sukses lainnya, bisa jadi faktor kesuksesan tersebut ada pada proses belajar di perkulian, who knows?
Meski menjadi kesalahpahaman, nyatanya perjalanan hidup orang sukses yang putus sekolah jauh lebih menarik untuk diikuti daripada orang sukses dari lulusan perguruan tinggi ternama. Selain alasan kisah langka, perjalanan hidup tersebut memang bisa diambil banyak pelajarannya. Namun, bukan berarti jadi tameng atau pembelaan diri ya! Pada akhirnya keberhasilan orang sukses yang putus sekolah harusnya hanya menjadi motivasi, bukan contoh yang dianggap semua orang bisa meniru.
Sumber : https://www.hipwee.com/sukses/ceo-putus-sekolah/?from=login_google#
Leave A Comment
You must be logged in to post a comment.