Mendengar kata “Mahasiswa” tentunya sudah tidak asing dalam telinga kita,menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Mahasiswa adalah orang yang belajar di Perguruan Tinggi, lagi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Perguruan Tinggi adalah tempat pendidikan dan pengajaran tingkat tinggi (seperti sekolah tinggi, akademi, universitas).
Kritik Mahasiswa, sejatinya kritik adalah suatu upaya yang dikemukakan yang tujuannya adalah untuk membangun,membangun adalah sesuatu yang menjadikan suatu bentuk,tentunya bentuk yang diinginkan adalah bentuk yang cakap,bentuk yang bernilai seni,tiada satu pun daripada kita yang ingin membangun untuk mendapatkan bentuk yang jelek , maka dari itu kritik akan coba saya utarakan kepada status saya sendiri dan rekan-rekan saya Mahasiswa, karena kritik Mahasiswa adalah upaya membangun konsepsi tentang pandangan hidup Mahasiswa sekarang yang menurut saya penting untuk saya curahkan.
Suatu branding yang kerap dikemukakan bahwa Mahasiswa itu agent of change, yang berarti agen perubahan,agen menurut saya adalah orang yang ditugaskan untuk menuntaskan suatu misi penting untuk kepentingan kehidupan Negara-nya, branding yang kerap kali diutarakan adalah Mahasiswa itu harus terus berjuang.
Rata-rata yang Mahasiswa yang menangkap konsep berjuang ini adalah Mahasiswa yang sering mengkritik, rajin ikut aksi atau demonstrasi adalah Mahasiswa yang berjuang,sejarah-sejarah tentang aksi Mahasiswa pada Orde lama dan juga yang paling terkenal pada saat Orde Baru adalah hidangan yang terus disajikan kepada para Mahasiswa-mahasiswa terutama lagi Mahasiswa baru yang kerap dilihat masih “hijau” laksana buah adalah buah yang belum matang.
Konsep-konsep seperti ini terus dibangun terus menerus dari tahun ke tahun hingga muncul paradigma tentang Mahasiswa, bahwasannya Mahasiswa berjuang itu adalah dia yang sering mengkritik dan rajin mengikuti aksi atau demonstrasi,namun hal tersebut kerap ditentang oleh para Mahasiswa yang menurut saya memiliki pandangan yang berbeda, ada juga Mahasiswa yang sangat getol mengemukakan bahwa prestasi akademik adalah esensi yang utama dalam kehidupan sebagai Mahasiswa, mengikuti lomba,mendapatkan IPK tinggi adalah jati diri mahasiswa sebenarnya.
Hal-hal seperti ini kerap sekali sering bergesekan satu sama lain diantara Mahasiswa itu sendiri,pandangan yang berbeda dalam menyikapi sesuatu hal adalah hal yang wajar bagi seorang manusia, tentunya bagi seorang Mahasiswa,namun kerap sekali perbedaan pandangan ini tidak menjadikan hal yang menurut saya dapat melahirkan kekuatan yang sangat besar yang datang daripada para Mahasiswa itu sendiri.
Kerap sekali yang dilihat dari kedua belah pihak ini melahirkan konfrontasi akan pandangan mereka yang saling kontradiksi dalam menyikapi pandangan tentang Mahasiswa itu sendiri,beberapa kerap kali saya dengar bahwa Mahasiswa yang sering mengikuti aksi,sering mengkritik suatu hal atau kebijakan memandang Mahasiswa yang ber- IPK tinggi atau yang sering mengikuti lomba adalah tipikal Mahasiswa yang apatis karena tidak ingin tahu bagaimana kondisi negara saat ini.
Sebaliknya juga Mahasiswa yang mengkritik, rajin ikut aksi dan semacamnya dinilai sebagai Mahasiswa yang kuker (Kurang kerjaan) mengingat waktu yang mereka habiskan adalah mengritik atau demonstrasi saja bukan mengejar apa yang menurut mereka penting yaitu catatan akademik yang memuaskan, polemik-polemik seperti inilah yang mengakibatkan virus-virus perpecahan rawan masuk dan mendiami tubuh Mahasiswa itu sendiri.
Mulai dari Mahasiswa yang berlatar belakang aksi massa dan massa aksi yang kerap menjadi alat politik juga urusan komersialisasi pendidikan yang diciptakan birokrat yang anti kritik yang cenderung membatasi pemikiran bebas Mahasiswa dengan mengedepankan bahwa Mahasiswa itu harus ber-IPK tinggi, ikut lomba sana sini, hingga nantinya dapat diperbudak oleh kapitalisme, dimana kita tahu bahwa kapitalisme murni adalah suatu tindakan penindasan kepada kalangan rakyat kecil, dengan tanpa menjadikan-nya selama proses belajar di perguruan tinggi menjadi praktisi yang handal sesuai dengan disiplin ilmunya
Tentunya hal tersebutlah yang membuat Mahasiswa kerap tidak lagi menjadi sesuatu yang begitu esensial dikarenakan sudah mulai ada suatu hal yang mendikte mereka sebagai Mahasiswa,namun memang menurut saya hal-hal seperti ini harus terus dihilangkan oleh tubuh Mahasiswa itu sendiri,dikarenakan sikap idealisme semu itu tentu dapat melahirkan suatu hal yang mengakibatkan tergerusnya esensi agent of change itu sendiri itulah mengapa ego diantara kedua belah pihak ini harus dapat dilihat benang merahnya agar dapat memutus parasit dari inangnya,apa rupanya benang merah yang dimiliki keduanya ?
Meningkatkan minat berorganisasi di kampus perlu meminimalkan berbagai faktor penghambat di atas. Faktor tersebut akan selalu ada di dalam kehidupan kampus. Tinggal bagaimana mahasiswa maupun organisasi menyikapi berbagai faktor penghambat tersebut.
Mulai dari lingkungan pertemanan yang buruk sebaiknya segera dihindari oleh mahasiswa, sistem rekrutmen dibuat semenarik mungkin dengan inovasi dari tahun ke tahun, serta membuka ruang kerjasama dengan birokrasi agar kegiatan berjalan seimbang antara program yang ingin dicapai organisasi dengan visi kampus. Organisasi mahasiswa sangat penting dalam kehidupan kampus sehingga harus terus dijaga nyawanya untuk mendidik generasi penerus bangsa.
Leave A Comment
You must be logged in to post a comment.