Milenial selalu jadi sorotan

Generasi yang ditujukan untuk mereka yang lahir dari tahun 1980 hingga 1999 dan memiliki nama Indonesia berjuluk Generasi Langgas ini, selalu saja mudah jadi bahan perbincangan dan dijadikan kambing hitam.

Bukan Untuk Menanggapi.

Sebelum anda membaca tulisan ini lebih jauh, tulisan ini tidak ditujukan untuk menanggapi pernyataan Ibu Megawati Soekarnoputri yang menyindir jika milenial sekarang terlalu dimanjakan dan hanya bisa melakukan aksi anarkis semata.

Alasan yang membuat saya tak mau membahasnya antara lain adalah karena definisi milenial versi beliau dengan milenial yang saya sebutkan diatas saja sudah berbeda. Jika melihat definisi yang saya sebut diatas, mereka yang masuk kategori milenial mestinya bukan yang kemarin terlibat demonstrasi.

Demonstrasi yang terjadi kemarin dilakukan oleh para pelajar dan mahasiswa, di mana umur mereka seharusnya masih sangat muda dan tidak masuk dalam golongan milenial.

Pendapat saya bisa benar bisa salah, bisa saja mereka ini memang benar milenial yang sekarang berusia 21-40 tahun. Bukankah ada banyak mahasiswa dan pelajar yang lebih tua daripada usia seharusnya?

Namun sebenarnya sebab utama saya tidak mau membahas mengenai sindiran untuk milenial ini, adalah karena pernyataan dari Ibu Megawati yang menyatakan jika beliau ingin diserang.

Pernyataan “tantangan” tersebut, justru membuat saya tak tidak ingin membahas masalah tersebut dan menyerang beliau, sekalian saja saya berada di posisi yang sama dengan Ibu Megawati dan menyerang generasi saya sendiri, yaitu generasi milenial.

Serangan untuk Generasi Milenial.

Generasi milenial yang sekarang sudah mulai memasuki usia dewasa dan bekerja, mereka dituntut untuk banyak melakukan hal hebat untuk negeri ini.

“Milenial adalah mereka yang hidup berdampingan dengan perkembangan teknologi, mereka tumbuh bersama perkembangan teknologi yang cepat, oleh karena itu, mereka tidak asing dengan adanya perubahan dan malah memiliki sifat yang terbuka dan menerima adanya perubahan.”

Keadaan seperti ini, menjadikan banyak milenial berhasil melakukan hal luar biasa seperti membuat perusahaan start up yang kemudian menjadi sukses, lantas mereka kemudian diangkat menjadi staf khusus presiden.

Membicarakan staf khusus presiden yang merupakan milenial atau yang saya sebut “The Milenials” masih saja menarik untuk dibahas, saya sudah beberapa kali mengulas mengenai mereka, tapi masih ada banyak hal menarik mengenai “The Milenials”. Terlebih saat ingin menyerang generasi milenial, maka mereka adalah sasaran paling empuk untuk serangan tersebut.

Apakah the Milenials adalah contoh yang baik untuk generasi milenial?

Pada hakekatnya mereka ini juga manusia biasa, meskipun sudah berhasil membuat start up dan memiliki karier cemerlang di usia muda, bukan berarti mereka ini tidak memiliki kesalahan. Mereka juga manusia biasa yang tak luput dari kesalahan.

Ada kalanya mereka dipenuhi keinginan duniawi, seperti menginginkan sesuatu yang lebih besar dari apa yang seharusnya mereka dapatkan, atau hal sepele seperti rebahan seharian dan hanya bermain gadget.

Saya tidak hanya mengatakan kejelekan staff khusus milenial saja, saya mengatakan kejelekan generasi milenial, yang memang saya juga lakukan. Meskipun tidak dipanggil oleh presiden, saya juga merupakan bagan dari generasi milenial.

Penutup.

Terlalu membebani banyak hal kepada milenial bukanlah hal bijak, memang benar mereka penentu masa depan negeri kita tercinta, tapi generasi sebelumnya juga memiliki peran untuk memberikan warisan yang baik, supaya milenial bisa lebih mudah.

Tapi karena banyak mata hanya menuju kepada milenial dengan memberikan serangan, terus saja serang kami para generasi milenial, toh semakin generasi milenial diserang dan terluka, mereka akan jadi makin kuat.

Sumber : https://www.kompasiana.com/yudiraharjo/5f9e2b278ede4841354dfcb2/serba-salah-jadi-milenial-semua-ingin-menyerang-generasi-milenial