Belajar Berempati

empathy illustration (sumber: nytimes.com)

“gitu doang kok happy, biasa aja kali,”

“kamu mah masih mending, lah aku?”

“aku udah ngehasilin uang sendiri, kamu masih ngurusin skripsi aja”

universitas negeri top juga nggak akan menentukan masa depan kamu kok”

Dannn … masih banyak lagi perkataan orang lain yang seakan-akan mengecilkan hati kita. Itulah mengapa kita perlu menerapkan sikap empati ke dalam kehidupan sehari-hari. Dengan mengasah empati, kita dapat menyikapi perasaan orang lain dengan baik. Kita juga dapat lebih berhati-hati dalam bersikap, berbicara, dan memberikan reaksi.

Ada orang yang merasa bahagia dengan mendapatkan uang sepuluh ribu, tapi di sisi lain ada juga orang yang merasa kurang dengan nominal tersebut. Bagi orang yang merasa bahagia tersebut, dengan uang sepeluh ribu itu, dia bisa membeli dua bungkus nasi untuk dimakan bersama adiknya. Nominal tersebut sangat berarti bagi dia dan dia bersyukur akan itu. Tingkat kebahagiaan manusia memang berbeda-beda, nggak perlu kita membandingkannya dengan orang lain. Bersikap empati merupakan sikap yang tepat untuk dilakukan, berbahagia untuk kebahagiaan orang lain dan memberikan reaksi positif kepada perasaan orang lain. Karena dengan reaksi positif tersebut, orang lain akan merasa dihargai. Kita hidup di dunia dengan takdir yang berbeda-beda, jalan hidup yang berbeda-beda. Jangan pernah meremehkan kebahagiaan orang lain!

Selain tingkat kebahagiaan, juga ada tingkat masalah. Tuhan memberikan masalah kepada hamba-Nya sesuai dengan kemampuannya. Apa pun masalah yang sedang kita alami, Tuhan tahu bahwa kita mampu mengatasinya. Tingkat permasalahan tiap orang pun berbeda-beda. Mungkin masalah orang lain terlihat mudah dan ringan bagi kamu, tapi kamu belum tentu kuat dengan permasalahan tersebut. Begitu pun sebaliknya. Kalau nggak bisa membantu, setidaknya jangan mengecilkan hati orang lain dengan perkataan maupun tindakan. Hati-hati dalam bereaksi.

Tingkat pencapaian pun juga berbeda. Ada yang di usia 23 tahun sudah lulus kuliah, ada yang sudah bekerja, ada yang sudah menikah, dan ada juga yang sudah tiada. Kalau di usia 23 tahun kamu sudah lulus kuliah, nggak perlu menjatuhkan orang yang masih berjuang untuk lulus. Kalau kamu sudah bekerja, nggak perlu juga membanding-bandingkan dengan orang yang masih berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak. Setiap jalan yang kita pilih memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Nggak perlu merasa superior, kita semua memijak bumi yang sama. Nggak perlu juga mengurusi pencapaian orang lain, just focus on your target. Jangan jadi orang yang ribet.

Masuk universitas terbaik memang suatu kebanggaan, segala usaha yang telah dilakukan rasanya membuahkan hasil yang baik. Tapi tidak asing juga kan, dengan perkataan-perkataan seperti ini :

“aduh, universitas mau sebagus apa juga nggak menjamin masa depan kamu kok,”

Imagine gimana rasanya orang yang sudah berjuang dan belajar sampai kekurangan tidur demi masuk ke universitas tersebut? perkataan seperti itu sangat jauh dari sikap empati. Padahal masih banyak banget kata-kata yang lebih layak dikeluarkan, like :

“udah masuk universitas impian, makin semangat ya belajarnya, jangan kendor!”

“semoga kamu bisa menuntut ilmu dengan baik ya di sana! Kamu keren!”

Selain orang tersebut merasa lebih dihargai, pastinya dia lebih merasa mendapat motivasi eksternal, kan? Biasanya orang yang suka membandingkan pencapaian sampai menjatuhkan orang lain, dia sendiri yang merasa terintimidasi dan tidak puas atas pencapaian yang dia hasilkan. Dengan perasaan tertekan tersebut, dia jadi mengeluarkan reaksi yang buruk. Teman-teman, setiap orang pasti ingin memperoleh kesuksesan dan kehidupan yang baik, tetapi perlu diingat bahwa jalan yang diambil setiap orang itu berbeda-beda. Kita tidak bisa menilai baik buruknya jalan yang diambil seseorang. Dan juga, kesuksesan kita bukan ditentukan oleh perkataan orang lain, melainkan tindakan dan usaha kita dalam mencapai apa yang diimpikan. Jadi, jika ada omongan orang yang menjatuhkan dan tidak nyaman untuk didengar, anggap saja itu angin lalu.

Intinya, berikan pemahaman yang baik terhadap perasaan orang lain, berikan reaksi yang baik terhadap perasaan oranglain, belajar untuk lebih menghargai pencapaian diri sendiri dan orang lain, lebih fokus pada progress diri sendiri, dan berhati-hati dalam mengeluarkan kata. Dan yang paling penting, berhenti membanding-bandingkan dirimu dengan orang lain. Kalau sekiranya tidak bisa memberikan kata-kata dan reaksi yang membangun, please just stfu :). Bersikaplah seperti apa yang ingin kita dapatkan dari orang lain. Kalau ingin dihargai orang lain, kita juga harus bisa menghargai orang lain. Sekian~

Semua ada waktunya.

jangan membandingkan hidup anda dengan orang lain,

tidak ada perbandingan antara antara matahari dengan bulan,

mereka bersinar saat waktunya tiba.

 

Sumber : https://www.kompasiana.com/aisyatjahja653/60e5c9491525105f60322a12/stop-comparing-yourself-to-other