“Seperti yang dikatakan oleh Tilaar bahwa pendidikan merupakan salah satu sarana untuk menciptakan tatanan masyarakat yang harmonis, saling menghargai, dan saling mencerdaskan.”
Perdaban manusia dari waktu ke waktu telah memperlihatkan bahwa dalam sejarahnya umat manusia telah mengalami banyak perubahan serta pembaharuan.
Mulai dari zaman paling primitif hingga kini yang sudah berada pada fase modern, peradaban manusia masih terus berlanjut dengan segala konsekuensi dan dampak yang dihasilkannya.
Pada setiap perjalanan peradaban selalu terdapat satu hal utama yang menjadi pemantiknya, hal itu tidak lain adalah pendidikan. Telah menjadi fitrahnya bahwa pendidikan merupakan sarana bagi umat manusia dalam mengembangkan eksistensinya, baik itu yang bersifat jasmaniah maupun rohaniah.
Sebuah keniscayaan bahwa tujuan pendidikan pada hakikatnya adalah untuk mengembangkan segala potensi yang dimiliki oleh manusia, sehingga dengan begitulah seorang manusia dapat dikatakan sebagai manusia yang sejati.
Salah satu potensi utama yang berusaha dikembangkan oleh pendidikan adalah potensi sosial manusia. Cerita dan berbagai literatur telah banyak mengatakan bahwa pada dasarnya manusia merupakan mahkluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri.
Dalam ilmu sosial misalnya sering digambarkan bahwa manusia tidak dapat hidup tanpa manusia lain, manusia selalu membutuhkan bantuan dari sesama manusia lainnya, baik itu dalam mencukupi kebutuhan primernya, menjaga keamanannya, dan menggenapkan hakikat kemanusiaannya.
Perlu diakui bahwa peran pendidikan terhadap pengembangan jiwa sosial manusia adalah hal pokok yang tidak boleh dilupakan. Keterampilan sosial mutlak diperlukan oleh setiap manusia, mulai dari muatan nilai-nilai filosofisnya dan juga dalam konteks praktisnya.
Keberadaan keterampilan sosial yang tinggi dalam diri manusia memungkinkan proses interaksi sosial akan terus terjadi, hal ini tentu saja selanjutnya membuat aktivitas sosial dalam sekup yang lebih luas menjadi terus berjalan misalnya kegiatan ekonomi, politik, budaya, dan berbagai aspek kehidupan sosial lainnya.
Itulah sebabnya banyak ilmuwan sosial katakanlah Durkheim, Webber, dan Marx juga mengatakan bahwa interaksi sosial lah yang dapat membuat roda peradaban bisa tetap bertahan.
Apalagi dalam konteks Indonesia, seperti juga dikatakan misalnya oleh Koentjaraningrat bahwa masyarakat tanah air cenderung memiliki semangat kolektif kolegial yang tinggi di setiap daerahnya.
Sejarah telah bukti dan dampak positif yang pula bahwa negara Indonesia pun bisa merdeka atas jiwa sosial dan kolektif yang tinggi. Hal yang tidak boleh dilupakan juga bahwa tingginya jiwa dan semangat kebersamaan itu tidak lain merupakan hasil dari pendidikan yang progresif.
Sekilas terlihat bahwa pendidikan dan keterampilan sosial telah secara gamblang menampakan pengaruhnya dalam percaturan peradaban manusia. Sebagai sebuah puzzle dari roda peradaban tentu saja dalam perjalanannya akan selalu menemui tantangan. Buktinya pada era sekarang yang banyak disebut masa emas perkembangan teknologi, jiwa sosial dan kolektif manusia justru makin lama makin tergerus.
Nietzche secara futuristik pernah mengatakan bahwa di masa depan pola kehidupan manusia akan berubah menjadi lebih individualitis. Percaya atau tidak namun agaknya dugaan Nietzche memang menjadi realita saat ini.
Perkembangan teknologi seperti gawai dan komputer telah jauh membawa tingkat kehidupan manusia menjadi lebih tinggi. Pekerjaan dapat dilakukan dengan lebih efektif dan efisien. Kegiatan ekonomi bisa dengan mudah terjadi hanya lewat sentuhan di layar gawai masing-masing. Semuanya hampir bisa dilakukan tanpa perlu beranjak dari tempat tidur, sofa, atau keluar rumah.
Tua muda seperti yang digambarkan oleh Don Tapscott telah menjadi manusia yang serba digital dalam artian lebih ingin serba praktis tanpa repot kesana dan kemari. Kondisi dunia saat ini yang demikian itulah yang membuat aktivitas sosial secara tatap muka menjadi lebih berkurang.
Apalagi dengan berkembangnya banyak platform hiburan di jagad digital seperti game online, streaming video, dan sosial media makin membuat manusia jarang berkumpul dalam ruang nyata.
Lantas mengapa hal-hal yang bernilai kemajuan dan modern ini bisa dimaknai mengurangi jiwa sosial manusia, benarkah demikian? Tentu saja banyak hal baik dan buruk dengan pola interaksi sosial pada jagad digital ini.
Hanya saja seperti yang dialami pada masa pandemi seperti sekarang, secanggih-canggihnya teknologi tetap tidak dapat menggantikan rasa dan momen pertemuan dan aktivitas langsung.
Selain dampak peradaban modern, lunturnya jiwa sosial juga tak lain disebabkan oleh maraknya tragedi dan krisis kemanusiaan yang kini makin menjamur seperti korupsi, genosida, rasisme, dan banyak tragedi lainnya.
Kembali pada topik peraban sosial manusia modern, memang perlu diakui bahwa manusia saat ini meminjam istilah Freire yaitu manusia yang “teralienasi” atau manusia yang asing.
Ini berarti juga bahwa peradaban tengah berada pada posisi manusia dan manusia lain kurang terikat secara emosional maupun secara rasa sosial. Realitas kekinian yang dijejali dengan segudang teknologi dan krisis kemanusiaan yang kemudian cukup mendegradasi jiwa sosial manusia tentu perlu ditanggulangi dan dirawat dengan tak lain adalah pendidikan.
Seperti yang dikatakan oleh Tilaar bahwa pendidikan merupakan salah satu sarana untuk menciptakan tatanan masyarakat yang harmonis, saling menghargai, dan saling mencerdaskan.
Pendidikan tidak boleh membuat manusia menjadi jauh dari manusia lain. Freire mengartikan pendidikan sebagai pembebasan bagi manusia, maknanya bahwa manusia harus dan perlu menjadi agen pembebasan secara fisik dan terutama nalar bagi manusia lain yang masih terkekang oleh ketidakbebasan.
Oleh karenanya pendidikan dalam kaitannya untuk meningkatkan keterampilan sosial dan sensitivitas sosial perlu diupayakan demi mewujudkan kebebasan bersama.
Hal tersebut jelas penting bagi eksistensi manusia sebagai makhluk yang diberi kemulian berupa akal dan nurani, manusia perlu saling merasa satu sama lain, mau untuk saling mengahargai, saling membantu, dan berjuang bersama memperjuangkan keadilan dan kebebasannya.
Pendidikan seperti itulah yang amat dibutuhkan pada saat sekarang ini, pendidikan yang mampu membuat menguatkan eksistensi manusia sebagai makhkuk sosial yang kini tengah keropos kondisinya.
Leave A Comment
You must be logged in to post a comment.