Menjadi penulis terkenal dan profesional tentu merupakan dambaan bagi setiap orang yang mempunyai bakat menulis.  Bakat menulis seseorang timbul karena faktor genetik ataupun terkadang timbul dari lingkungan, tempat di mana seseorang itu tumbuh. Faktor genetik yang maksud adalah seseorang mempunyai bakat menulis karena bapak/ ibunya dulu adalah seorang penulis. Sehingga bakat itu menular dari orang tua ke anak.

Fakor lingkungan juga merupakan faktor dominan bagaimana seseorang mengembangkan bakatnya sebagai penulis. Misalnya seseorang yang semasa kecilnya tidak pandai dalam menulis, tetapi begitu dewasa, ia menjadi penulis profesional karena ia bergaul dengan kawanan penulis profesional semasa mudanya.

Menjadi seorang penulis bukan semata-mata karena bakat lahiriah (genetik) atau karena faktor lingkungan. Melainkan lebih dari itu adalah kemauan untuk menulis dan membuat tulisan. Kemauan untuk berani menuangkan ide-ide dan gagasan lewat menulis.

Kemauan dan niat itulah yang secara perlahan membentuk sebuah habitus atau kebiasaan menulis dan berangkat dari kebiasaan itu timbullah budaya menulis. Dalam konteks budaya menulis inilah, seseorang telah menganggap kegiatan menulis merupakan sesuatu yang telah melekat, sudah menjadi kebiasaan dan wajib dilaksanakan.

Kehidupan mahasiswa pada dasarnya tidak pernah lepas dari kegiatan menulis, entah menulis catatan materi kuliah, buku harian, puisi, cerpen, makalah, artikel dan opini yang khusus di muat majalah ilmiah kampus, bahkan di media cetak, seperti surat kabar, koran atau media online.

Sejenak menengok realitas kehidupan di kampus, nyatanya budaya menulis akhir-akhir ini tergerus oleh mentalitas para mahasiswa yang hanya mementingkan aktivitas hiburan yang tidak berbobot.

Perkembangan teknologi di bidang telekomunikasi dan informasi telah melahirkan perangkat-perangkat teknologi smart seperti handphone, Iphone, tablet, nyatanya memudahkan para mahasiswa menikmati berbagai aplikasi hiburan seperti permainan online, mobile legend yang begitu diminati oleh kalangan mahasiswa.

Kecanduan dan ketergantungan mahasiswa dalam aplikasi media sosial seperti facebook dan instagram, juga merupakan salah satu tantangan dan hambatan dalam mengembangkan budaya menulis bagi mahasiswa di lingkungan kampus.

Realitas seperti ini tentu sangat memprihatinkan. Bagaimana tidak, budaya menulis sebagai salah satu sarana dan elemen utama peningkatan dan  pengembangan aspek akademik mahasiswa, cenderung diabaikan. Bentuk pengabaian itu dapat dilihat dari mentalitas mahasiswa yang jarang terlibat aktif dalam berbagai kegiatan menulis kampus

Buktinya masih banyak ruang di majalah dinding kampus yang lowong karena tidak adanya kontribusi tulisan dari para mahasiswa. Atau tulisan-tulisan belasan tahun lamanya masih saja tertempel-kusam memenuhi majalah dinding kampus, dan belum tergantikan oleh para mahasiswa. Selain itu, ketidakkreativan mahasiswa dalam dunia menulis kampus merupakan salah satu penghambat pertumbuhan budaya menulis di lingkungan kampus.

Kreativitas menulis bisa ditumbuh-kembangkan melalui aktivitas menulis melalui majalah ilmiah kampus, mading kampus, dan sederet sarana menulis lainnya. Selain di lingkungan kampus, para mahasiswa juga dapat mengembangkan bakat dan minat menulis di berbagai media sosial, seperti media surat kabar dan media online.

Kegiatan menulis tentu saja merupakan salah kegiatan aktif manusia. Dalam tataran ini, budaya menulis seharusnya dijadikan sebagai kegiatan utama bagi mahasiswa, yang kesehariannya bergelut dengan dunia kognitif ( kerja otak). Maka dari itu, budaya menulis sebaiknya sedini mungkin dikembangkan oleh para mahasiswa.

Usaha untuk mengembangkan budaya menulis, pertama-tama harus ada kemauan dan niat untuk menulis. Entah menulis apa saja; catatan harian, puisi, cerpen, artikel, opini dan sederet bentuk kegiatan menulis lainnya. Ketika niat dan kemauan menulis itu timbul, perlahan dan pasti hal itu akan menjadi kebiasaan dan pada akhirnya menjadi sebuah budaya.

Sebab dalam budaya menulis, seseorang telah jatuh cinta dan berlaku secara kontinu terhadap kegiatan menulis. Mahasiswa harus mampu menjadikan menulis sebagai suatu kerangka budaya. Hal ini wajib diimplementasikan, sebab mahasiswa merupakan pelaku sekaligus tokoh dalam meningkatkan kecerdasan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

 

Sumber : https://www.kompasiana.com/yohanes21565/5e7094703e5f1178f12c3336/mahasiswa-dan-budaya-menulis?page=1