Di dunia perkuliahan nampaknya mahasiswa terlalu warna warni untuk dipandang, salah satunya mahasiswa yang aktif organisai ataupun mahasiswa dengan IPK tinggi. Kedua tipe mahasiswa ini bisa terlihat menonjol dibanding yang lain.

Mahasiswa dengan koleksi nametag dan baju kepanitiaan yang bejibun yang satunya lagi mahasiswa dengan koleksi buku dan fotocopy kertas materi yang bertumpuk-tumpuk. Yang satunya mahasiswa sibuk rapat dan mengikuti kegiatan ini dan itu, yang satunya sibuk bergumul dan mengkaji dengan puluhan buku-buku.

Lantas bilamana disuruh memilih jadi aktivis mahasiswa atau mahasiswa pengejar IPK? Mari bersama kita tinjau lebih luas lagi. Mahasiswa yang aktif di organisasi maka organisasi adalah tempat yang sangat tepat untuk mengasah soft skill mereka.

Ini adalah kemampuan manajemen diri dan juga manajemen orang lain. Soft skill juga menjadi mega bahasan juga dimana dengan kita mengasah soft skill maka kita akan berkeja dengan sebuah tim. Sebuah hierarki yang mengajarkan kita banyak hal mengenai sikap positif, pendelegasian pekerjaan, mampu menginspirasi, komitmen dan banyak hal lagi pastinya.

Pada umumya mahasiswa ini gemar memperluas jaringan dan pintar menambah teman. Bayangkan saja yang dulu hanya mengenal teman satu kelas atau satu jurusan kini dengan masuk organisasi akan bertemu dengan banyak insan yang tentunya dengan ribuan karakter yang berbeda.

Disini juga bisa belajar ilmu kehidupan dimana kamu akan dituntut untuk memahami banyak orang, menghargai perbedaan pendapat, belajar memanusiakan manusia sebelum nantinya selepas kuliah terjun langsung di masyarakat.

Putting theory into practice. Hal yang sering dikumandangkan bahwasanya akan menjadi hal yang percuma bila hanya bisa menghafal jutaan teori tanpa bisa mempraktekkannya. Di organisasi akan mengajarkanmu banyak hal untuk memilih langkah mengambil take action nyata dan menjadi kendali kehidupanmu kedepannya.

Selain itu pengalaman berorganisasi sangatlah penting untuk menambah warna warni pesona nilai tambah curriculum vitae seseorang. Pasalnya bilamana melamar suatu pekerjaan interviewer suatu perusahaan atau instansi tidak akan melewatkan pengalaman organisasi seseorang dan bgaiamana cara ia mengelola suatu event. Sisi cara bersosial sewaktu organisasi inilah yang membuat seseorang lebih ditertariki oleh dunia kerja.

Di sudut lain mahasiswa pengejar IPK lebih tepatnya. Dalam hal ini mereka tentunya lebih gigih dalam hal masalah belajar. Bisa dibilang dalam hal teori mereka sangat cerdas dan seolah semua materi kuliah bisa mereka hafalkan diluar kepala dan untuk menjawab pertanyaan dosenpun tidaklah menjadi masalah baginya.

Dalam hal beasiswa nampaknya orang orang cerdas dan memiliki IPK tinggi adalah penghuninya. Hanya orang-orang tertentu yang bisa mendapatkan beasiswa dan nyatanya itu mempermudah segalanya bukan? Kecerdasan yang berbuah beasiswa.

Menjadi mahasiswa ber IPK tinggi merupakan suatu kebanggaan. Setelah berjuang dari titik nol sampai ada dipuncak perjuangan akhirnya bisa dan menghasilkan hasil yang terpampang dalam ijazah yang menyatakan nilai akhir berstatus Cum Laude tentunya menjadi harapan semua mahasiswa apalagi bilamana nanti ingin menjadi dosen ataupun PNS yangmana ada batasan perihal nilai IPK menjadi pertimbangan.

Mahasiswa ber IPK tinggi tentunya terhindar dari ancaman Drop Out atau penyakit mahasiswa terlebih diposisi semester akhir. Selepas didunia perkuliahan dan mulai terjun didunia pekerjaan rasa rasanya mahasiswa deng tipe semacam ini akan mudah memecahkan masalah terlebih lagi dia akan semakin matang bila disodorkan job description yang harus ia kerjakan.

Dunia kampus memang terasa begitu istimewa maka dari itu harus bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya. Indonesia butuh anak muda dimanapun tempatnya harus bisa terus berperan bukan baperan. Butuh yang banyak karya bukan kebanyakaan gaya.

 

Sumber : https://www.kompasiana.com/azirmustofa/5e6230a0d541df10426ed503/jadi-aktivis-mahasiswa-atau-mahasiswa-pengejar-ipk?page=2